Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Ki Sukma
● online
Ki Sukma
● online
Halo, perkenalkan saya Ki Sukma
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Padepokan Inti Semesta Jasa Spiritual Terbaik & Terpercaya

Beranda » Blog » Bertapa di Tengah Keramaian

Bertapa di Tengah Keramaian

Diposting pada 6 January 2022 oleh Ki Sukma / Dilihat: 514 kali / Kategori:

Bertapa di Tengah Keramaian

Umumnya kegiatan bertapa atau bermeditasi itu dilakukan di tempat sunyi, di gunung, di gua, di pedesaan atau di tempat-tempat yang terisolasi dari hubungan dengan manusia lain. Berbagai tempat  sepi itu dipilih karena disanalah, menurut anggapan yang galib, orang bisa mengkonsentrasikan  pikiran, beribadah secara khusyuk dan memiliki gagasan-gagasan segar. Di wilayah seperti inilah dan di lokasi  yang jauh dari keramaian, sekali lagi berdasar keyakinan  beberapa orang, keintiman dan kedekatan dengan Tuhan bisa tercipta.

Persoalan muncul ketika pemilihan tempat yang terasing itu dihadapkan dengan peran manusia sebagai mahluk sosial. Posisi itu menuntut mereka untuk selalu berkomunikasi dengan sesamanya. Bahkan, ada jenis komunitas msyarakat tertentu yang detik demi detik dari kehidupannya merupakan proses komunikasi sosial. Komunikasi baginya adalah profesi, pekerjaan, penghidupan, sesuatu yang mesti dilakukan, sine qua non, untuk menyambung eksistensinya. Pada situasi seperti ini, akankah “menyepi” menjadi bagian yang perlu? Pertanyaan yang lain yang cukup penting adalah, apakah kadar kekhusyukan dan ketakwaan seseorang ditentuan oleh tempat dan situasi? Apakah kita tidak bisa bertapa di tempat yang ramai (tapa ing rame)?

Memang, secara spiritual pada saat-saat tertentu manusia perlu melakukan disenggagement atau melepaskan diri dari kehidupan sehari-hari, supaya manusia membuat jarak lagi dengannya dan kita bisa melihat kehidupan dengan lebih benar. Inilah diantaranya kenapa nabi memberi perintah untuk melakukan zikir, i’tikaf dan beliau sendiri pernah melakukan khalwat di gua hira. Ini pula mengapa rasul SAW  memerintahkan umatnya untuk melakukan tahajjud di malam yang sunyi, fatahajjad bihi nafilatan laka (bertahajjudlah kamu sebagai suatu hal yang terpuji untukmu).

Islam sebagai agama tidak hanya menerangkan ibadah yang bersifatindividual, ia justeru lebih  berkonsentrasi pada transformasi sosial. Karenanya, sebuah ritus personal dan ajaran spiritual dalam islam tidak akan pernah bisa dipisahkan dari konteks keduniaan. Peformasi yang dibawa bersamaan dengan kehadiran Muhammad hendak menoak penekanan ajaran spiritual, seperti dzikir, i’tikaf, tahajjud yang berhenti pada pengalaman batin atau “pertemuan” dengan Tuhan. Ketika Allah menjabarkan tanda-tanda umat yang menyertai Baginda Rasul Muhammad, Allah menggambarkan dengan kalimat: “tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.” (QS. Al-Fath (48): 29) Bahwa yang dimaksud dengan “minatsaris sujud” sebagai bukti bahwa seseorang banyak beribadah kepada Allah bukanlah bekas luka hitam pada kepala karena seringnya jidat “digosokkan” ke sajadah. Namun yang dimaksud dengan “atsaris sujud” bagi orang  yang banyak bersembahyang adalah dalam bentuk konkret, seperti bangunan, karya tulis, pemikiran dan sebagainya. Sekali lagi, jika kita telisik hikmah ibadah dalam Islam adalah sarana pendidikan Illahi untuk menanamkan tanggung jawab pribadi.

Kalau perhatikan lebih dalam lagi penjelasan di atas nyatalah bahwa Allah memang “tinggal” bersama mereka; para fakir miskin  dan sebagai khalifah-Nya kitapun wajib tinggal  bersama mereka. Memperhatikan nasib bahkan sehidup semati dengan mereka, persis seperti yang telah  dilakoni Rasulullah SAW. “Carilah aku diantara orang-orang yang lemah diantara kalian!” Ya, kalau rasul sebagai manusia yang paling agung itu merupakan penjelmaan (locus/majla) Tuhan, kita memang  harus mencari Tuhan diantara mereka, terutama di hari-hari  bulan Ramadhan yang kita lalui. Dalam sebuah ritus individual  seringkali muncul sebuah “utopia” perjumpaan dengan Tuhan, sebuah ekstase spiritual. Dalam tradisi sufi hal ini sangat mungkin terjadi, namun seorang salik mesti waspada, sebab tak jarang setan menggoda manusia dengan mengaku bahwa dirinya adalah sosok  Tuhan yang dicari salik. Kita tentu tidak ingin terjebak pada “pertemuan” dengan Tuhan yang semu. Sebab memang  sangat tipis batas antara bertamu Tuhan dengan bertemu setan.

Sebagai misal, tak jarang  ajaran spiritual yang berkembang di masyarakat  menawarkan janji-janji untuk membawa manusia pada pengalaman batin atau kedamaian dalam “pertemuan” dengan Tuhan. Dengan merenung, berdiam diri dan berkonsentrasi, atau dengan tarian-tarian tertentu seorang peserta kelompok spiritual  diajak untuk bersatu “dengan Tuhan. Sepertinya begitu mudah berjumpa Tuhan “hanya dengan menari”. da berpuluh-puluh ajaran yang mirip dengan kejadian di atas, yang mengajak manusia “damai” bersama Tuhan. Alih-alih bertemu Tuhan, justru tidak menutup kemungkinan  yang ia jumpai adalah setan yang mengaku Tuhan.

Posmo

Punya masalah hidup yang tak kunjung selesai? Temukan solusinya bersama Spiritualis Kondang Pangeran Sukma Jati (Ki Sukma – Sobat Mistis Trans 7)

PRAKTEK DI 3 KOTA

Jakarta

Jl. Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan
Gedung Graha Krama Yudha
Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.
Jam praktek: Pk. 09.00 s.d 17.00 WIB

Bandung (Pusat)

Perumahan Maharani Village Blok D.10 Jl. Cigugur Girang Kp. Sukamaju Rt/Rw 05/05 Desa Cigugur Girang Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Jam praktek: Pk. 09.00 s.d 17.00 WIB

Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.

Banten

Jl. Ki Mudakkir, Link. Cigading, Cilegon – Banten.

Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.

Tlp/ Hp. 081296609372 (WhatssApp dan Telegram) dan 081910095431 (WhatsApp)

Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Bagikan ke

Diposting oleh

Pangeran Sukma Jati Azmatkhan atau yang biasa dipanggil Ki Sukma adalah Pendiri sekaligus Guru Besar Padepokan Inti Semesta yang berlokasi di Bandung. Padepokan tersebut mengajarkan Ilmu Hikmah Spiritual dan Pencak Silat & Debus aliran Banten.

Bertapa di Tengah Keramaian

Saat ini belum tersedia komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Bertapa di Tengah Keramaian

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: