Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Ki Sukma
● online
Ki Sukma
● online
Halo, perkenalkan saya Ki Sukma
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Padepokan Inti Semesta Jasa Spiritual Terbaik & Terpercaya

Beranda » Blog » Kisah Tiga Santri Sunan Kudus Menjalankan Tugas Dakwah Membangun Pemukiman Islam di Hutan

Kisah Tiga Santri Sunan Kudus Menjalankan Tugas Dakwah Membangun Pemukiman Islam di Hutan

Diposting pada 4 January 2022 oleh Ki Sukma / Dilihat: 267 kali / Kategori:

Sunan Kudus adalah salah satu penyebar agama Islam di Indonesia yang tergabung dalam walisongo, yang lahir sekitar 1500an Masehi. Nama lengkapnya adalah Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan. Ia adalah putra dari pasangan Sunan Ngudung.

Nama Ja’far Shadiq diambil dari nama datuknya yang bernama Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib yang beristerikan Fatimah az-Zahra binti Muhammad.

Sunan Kudus bukanlah asli penduduk Kudus, ia berasal dan lahir di Al-Quds negara Palestina. Kemudian bersama kakek, ayah dan kerabatnya berhijrah ke Tanah Jawa.

Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad SAW.

Begini kisah Sunan Kudus dan santrinya, setelah Kesulthanan Demak Bintoro mengalami kejayaan, maka Sunan Kudus bebas melakukan dakwah di daerahnya. Dakwahnya bukan lagi sembunyi-sembunyi atau menggunakan siasat, tapi sudah dengan cara terang-terangan. Sebab penduduk Kudus kota sudah masuk Islam semua, tinggal di daerah pedesaan dan sekitar hutan yang belum memeluk agama Islam.

Sunan Kudus meskipun usianya sudah lanjut, tapi beliau tetap terus menerus berdakwah dalam menyebarkan ajaran agama Islam di daerah pelosok-pelosok desa sekitar kawasan Kudus dengan dibantu oleh santri-santrinya.

Waktu itu, Sunan Kudus mengutus 3 orang santrinya yang telah memiliki kedalaman ilmu agama yang cukup tinggi untuk berdakwah di daerah tersebut. Santri tersebut yaitu, Muhammad Jaelan, Abdullah Mufakkatan dan Raden Jolodoro cucu Sunan Muria.

Harapan Sunan Kudus dalam penyebaran agama Islam ini dilakukan bukan hanya di sekitar daerah Kudus saja, tapi di daerah pedalaman yang selama ini sulit dijangkau. Ketiga santri tersebut sepakat model dakwahnya menggunakan pendekatan budaya dan seni serta menghormati adat istiadat masyarakat setempat, tidak menggunakan kekerasan dan senjata.

Mereka bertiga oleh Sunan Kudus di perintahkan ke arah barat dari pusat Kudus. Tiga orang santri tersebut disertai santri-santri lainnya, karena nantinya akan membentuk sebuah perkampungan desa sebagai pusat dakwah.

Rombongan santri dengan tiga orang pimpinan melewati hutan keluar hutan. Hingga merekapun akhirnya sampai di sebuah hutan yang cukup lebat untuk istirahat. Karena tidak menggunakan alat transportasi seperti kuda, melainkan berjalan kaki. Abdullah selaku pimpinan rombongan santri meminta kepada seluruh santri beristirahat untuk melepaskan lelah dan menjalankan kewajiban sholat.

Kemudian Abdullah, Muhammad Jaelani  dan Raden Jolodoro mencari tempat untuk menunaikan ibadah dan memohon petunjuk dari Allah SWT di tengah-tengah hutan yang agak gelap, karena sinar matahari tidak mampu menembus lebatnya daun. Dalam do’anya Allah SWT memberikan petunjuk kalau di hutan tersebut harus dijadikan pemukiman dan lahan pertanian.

Keesokan harinya mereka bertiga mengadakan pertemuan untuk membahas tentang petunjuk yang telah diterima. Setelah adanya mufakat maka pada hari yang telah ditentukan dan disepakati. Kemudian pembabatan hutan pun dimulai dan Muhammad Jaelani yang diminta untuk memimpin para santri membabat hutan, sedangkan Abdullah dan Raden Jolodoro pun ikut membantu dengan giat dan dengan bergotong royong. Tidak lama kemudian hutan yang tadinya lebat telah dibabat dan diatur untuk pemukiman dan lahan pertanian.

Saat melakukan pembabatan itu ditemukan pohon yang harum baunya, pohon tersebut adalah pohon Garu. Dari situlah akhirnya pemukiman yang ditempati dinamakan Desa Garung. Seluruh rombongan mendapatkan tanah sesuai dengan kerja kerasnya membabat hutan. Pembagian pun dibagi secara adil kepada semua warga yang ikut serta dalam membangun perkampungan tersebut.

Abdullah sebagai pimpinan pun segera memanggil Muhammad Jaelani dan Raden Jolodoro untuk membahas rencana ke depan pemukiman yang baru dibangun tersebut. Mereka berrtiga berdiskusi tentang tugas dakwah dengan membangun pusat studi Islam dan membangun masjid sebagai sarana dakwah dan mengajarkan ilmu keagamaan pada para penduduk, tidak lama kemudian dibangunlah masjid terbuat dari kayu.

Hari berganti bulan, bulan berganti tahun dan perkampungan baru semakin ramai. Muhammad Jaelani meminta pada Abdullah untuk mendirikan pasar sebagai pusat perekonomian dan sebagai sarana untuk agar bisa berhubungan dengan Kadipaten Kudus. Selain itu, diminta untuk sowan ke Kudus guna memberitahukan mengabarkan tentang berdirinya pemukiman yang didirikan santr-santri Sunan Kudus. Abdullah pun menyutujui apa yang disarankan oleh Muhammad Jaelani.

Abdullah pun berangkat di ikuti beberapa santri untuk menghadap Kanjeng Sunan Kudus. Sesampainya di Kudus, Abdullah pun segera menghadap dan melaporkan seluruh hal yang terjadi dari awal sampai akhir. Dan Sunan Kudus pun memerintahkan Panembahan Kudus selaku putranya untuk turut serta melihat desa Garung yang telah ramai. Setelah beberapa lama kemudian tempat tersebut maju dengan adanya pasar dan pengakuan dari Kudus.

Kegiatan warga semakin terarah dengan bertani, berdagang dengan berdasarkan ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh ketiga pimpinan mereka. Masyarakat hidup rukun damai dan sejahtera, kehidupan beragama dan saling bertoleransi dengan umat lain pun digalakkan.

Berbagai disiplin ilmu diajarkan oleh ketiga santri Sunan Kudus, baik ilmu agama, sosial, seni, budaya, perdagangan, pertanian dan keprajuritan. Pada masa itu banyak dari pemuda warga Garung menjadi pedagang, petani, seniman serta prajurit di kadipaten Kudus serta Jipang Panolan. Muhammad Jaelani, Abdullah dan Raden Jolodoro kemudian hari mendapat gelar dari masyarakat dengan sebutan Kiai. Santri tiga tersebut terus menerus penyebar agama Islam dan pembimbing masyarakat di Desa Garung dan sekitarnya hingga akhir masa Kesulthanan Demak Bintaro.

Pusat Dakwah

Masa awal terbentuknya pemukiman Abdullah mendapat julukan Mbah Dul Mufakkatan, karena sifat beliau yang mengedepankan asas musyawarah untuk mencari mufakat dalam berbagai urusan.

Seumur hidup tinggal di desa Garung hingga meninggal dunia, makam beliau bertiga dimakamkan di desa Garung Lor, kecamatan Kaliwungu Kudus dan masih di keramatkan oleh warga sekitar. Bahkan di makam Kiai Jolodoro yang berada di dusun Tersono desa Garung Lor setiap tahunnya diadakan upacara ganti Luwur. Jasa beliau bertiga sangatlah besar dalam perkembangan Islam untuk membantu perjuangan Kanjeng Sunan Kudus.

Kini desa Garung yang sekarang telah dibagi menjadi menjadi dua kelurahan atau desa, yaitu desa Garung Lor dan Desa Garung Kidul, yang terdiri dan terdiri dari beberapa pendukuhan sesuai dengan perkembangan sejarah dan pemukiman setelah kepemimpinan tiga tokoh pertama, dan Islam pun semakin berkembang. Tempat-tempat  pendidikan pun semakin banyak hingga saat ini.

Lokasinya terletak di antara dua jalan utama menuju kota Jepara. Disebelah selatan jalan begitu hijau dengan area persawahan. Dan disebelah utara, pemukiman penduduk yang tertata dengan rapih dengan jalan-jalan yang sudah beraspal.

PADEPOKAN INTI SEMESTA

Profile Kami klik di sini

Mau belajar spiritual dan metafisika langsung dengan ahlinya? Ayo gabung bersama Kami. Pusat Gemblengan spiritual dan metafisika untuk private dan publik. Dapatkan juga produk-produk spiritual dan supranatural kami di link berikut…

www.padepokanintisemesta.com

Email: pangeransukmajati@yahoo.com

IG: @pangeransukmajati

Youtube: Ki Sukma TV

Office:

Perumahan Maharani Village Blok D.10 Jalan. Cigugur Girang Kp. Sukamaju Rt/Rw 05/05 Desa Cigugur Girang Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat.

Jam praktek: Pk. 10.00 s.d 17.00 WIB

Punya masalah hidup yang tak kunjung selesai ?

Temukan solusinya bersama Spiritualis Kondang Pangeran Sukma Jati (Ki Sukma – Sobat Mistis Trans 7)

PRAKTEK DI 3 KOTA

Jakarta

Jl. Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan
Gedung Graha Krama Yudha
Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.
Jam praktek: Pk. 09.00 s.d 17.00 WIB

Bandung (Pusat)

Perumahan Maharani Village Blok D.10 Jl. Cigugur Girang Kp. Sukamaju Rt/Rw 05/05 Desa Cigugur Girang Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Jam praktek: Pk. 09.00 s.d 17.00 WIB

Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.

Banten

Jl. Ki Mudakkir No.40 Rt/Rw 01/01, Link. Cigading, Cilegon – Banten.

Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.

Tlp/ Hp. 081296609372 (WhatssApp dan Telegram) dan 081910095431 (WhatsApp)

Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Bagikan ke

Diposting oleh

Pangeran Sukma Jati Azmatkhan atau yang biasa dipanggil Ki Sukma adalah Pendiri sekaligus Guru Besar Padepokan Inti Semesta yang berlokasi di Bandung. Padepokan tersebut mengajarkan Ilmu Hikmah Spiritual dan Pencak Silat & Debus aliran Banten.

Kisah Tiga Santri Sunan Kudus Menjalankan Tugas Dakwah Membangun Pemukiman Islam di Hutan

Saat ini belum tersedia komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Kisah Tiga Santri Sunan Kudus Menjalankan Tugas Dakwah Membangun Pemukiman Islam di Hutan

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: