Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Ki Sukma
● online
Ki Sukma
● online
Halo, perkenalkan saya Ki Sukma
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Padepokan Inti Semesta Jasa Spiritual Terbaik & Terpercaya

Beranda » Blog » Menapaki Jalan Batin Beratnya Mendapatkan Hakikat

Menapaki Jalan Batin Beratnya Mendapatkan Hakikat

Diposting pada 5 January 2022 oleh Ki Sukma / Dilihat: 243 kali / Kategori:

Khasanah Batin adalah khasanah hati. Perasaan dalam hati. Sesuatu yang menyangkut hati, berarti menyangkut jiwa. Alam kejiwaan atau batin, ranahnya gaib, dalam hal ilmu menyangkut hakikat.

Untuk menapaki batin, jalannya menghidupkan hati dan pikiran. Yaitu hati dan pikiran menuju satu, yaitu Allah. Tidak serong atau condong, apalagi mengembara kemana-mana. Untuk mendapatkan amalan batin (hakikat) tidaklah gampang, susahnya bukan main. Maka harus diusahakan. Harus dilatih, harus dirubah. Bila tak merubah diri, maka tidak akan berubah selamanya.

Allah berfirman dalam surat Ar-Ra’ad ayat 11 yang terjemahannya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada kaum itu, hinggalah mereka mengubah apa yang ada dalam diri mereka (hati mereka). Kalau hati kita jahat, Allah tidak akan membantu kita dalam berbagai hal. Kalau hati kita rosak Allah sama sekali tidak akan memandang kita. Begitulah keutamaan amalan batin. Tiap umat islam wajib melakukannya. Kalau kita lalai artinya sepanjang hidup kita berada dalam dosa. Dosa batin yang tidak kita sadari. Marilah kita bersihkan dosa lahir dan dosa batin kita. Mari kita bermujahadah untuk itu.

Allah SWT berfirman dalam Alquran yang artinya: “Dan mereka yang bermujahadah dalam jalan Kami, Niscaya kami tunjukkan jalan-jalan kami itu. Sesungguhnya Allah beserta dengan orang yang berbuat baik” (Al-Ankabut: 69).

Mengapa Allah menyerukan agar kita berdoa, memohon pertolonganNya? karena mendapatkan jalan batin itu amat susah. Diantara tanda susahnya ialah besarnya angan-angan kita yang mengembara kemana-mana. Ketika kita shalat, secara lahir kita berdiri, rukuk dan sujud dengan mulut memuji dan berdoa pada Allah, tetapi kemanakah hati kita (ingatan dan fikiran)? Apakah juga menghadap Allah, khusyuk dan tawadduk serta rasa rendah dan hina diri dengan penuh pengabdian dan harapan serta malu dan takut kepada Allah SWT? Ataukah hati terbang menerawang kemana-mana tidak menghiraukan Allah yang maha perkasa yang sedang disembah! Begitu juga ketika sedang membaca Al-quran, bertahlil, zikir, dan wirid, bershalawat dan bertakbir, bertasbih dan bertahmid adakah roh kita turut menghayatinya? atau waktu itu roh sedang merasakan  satu perasaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan amalan lahir yang sedang dilakukan?

Pertanyaan yang lain, pernahkah kita merasa indah bila sendirian di tempat sunyi karena mengingat Allah dan menumpukan perhatian sepenuhnya pada-Nya, merasa rendah dan hina diri, menyesali dosa dan kelalaian, mengingatinya sambil berniat dengan sungguh-sungguh untuk memperbanyak amal bakti padaNya? Kalau ada orang islam yang sakit menderita atau miskin, adakah hati kita merasa belas kasihan untuk membantu atau menolong, mendoakan dari jauh agar dia selamat?

Pernahkah pula kita menghitung dosa-dosa lahir dan batin sambil menangis karena istighfar kita terlalu sedikit dibandingkan dengan dosa kita yang menyebabkan kita nanti jadi bahan bakar api neraka? Selalukah hati kita senantiasa ingat pada mati yang boleh saja mendatangi kita sebentar lagi, sebab memang Tuhan dapat berbuat begitu. Kalaupun kita belum dimatikan, artinya Tuhan menginginkan kita mencoba lagi untuk mencari jalan mendekatkan diri pada-Nya?

Pernahkah kita menghitung berapa banyak harta kita, uang kita, rumah kita, kendaraan kita, perabot rumah kita, pakaian kita, makanan kita dan simpanan kita yang lebih dari keperluan kita walaupun diperoleh dengan cara yang halal? Semua itu akan diperkirakan, dihisab dan ditanya, dicerca dan dihina oleh Allah di padang mahsyar nanti karena kita membesarkan dunia dan mengecilkan akhirat. Pernahkah kita renungkan orang-orang yang pernah kita perlakukan secara kasar, kita umpat, kita tipu, kita fitnah, kita hina dan kita aniaya. Baik mereka itu adalah suami kita, isteri kita, ibu bapak kita, kaum kerabat kita, sahabat kita, tetangga kita atau siapa saja.

Sudahkah kita meminta maaf dan membersihkan dosa dengan manusia di dunia tanpa menunggu tibanya hari yang dahsyat (hari kiamat)? Apabila Allah memberikan rasa sakit pada kita atau pada orang lain yang kita kasihi (apapun jenis penyakit itu), dapatkah kita tenangkan hati dengan rasa kesabaran dan kesadaran bahwa sakit adalah kifarah (pengampunan) dosa atau sebagai peningkatan derajat dan pangkat di sisi Allah SWT?

Ketika menerima takdir atau rezeki yang tidak sesuai dengan kehendak kita, dapatkah kita merasa ridha, karena itulah satu pemberian Allah yang sesuai untuk kita? Di saat sesuatu yang kita inginkan dan cita-citakan tidak kita peroleh, dapatkah kita tenangkan perasaan kita dengan rasa insaf akan kelemahan dan kekurangan diri sebagai hamba Allah yang hina dina, yang menggantungkan hidup mati dan rezeki sepenuhnya pada Allah?

Di waktu mendapat nikmat, terasakah di hati bahwa itu adalah sebagai pemberian Allah lalu timbul rasa terima kasih (syukur) pada Allah dan rasa takut kalau-kalau nikmat itu tidak dapat digunakan karena Allah dan berniat sungguh-sungguh untuk menggunakan nikmat itu hanya untuk Allah?

Kalau kita miskin dapatkah kita merasa bahagia dengan kemiskinan itu dan merasa lega karena tidak perlu lagi mengurus nikmat Allah? Adakah kita merasa bahwa kemiskinan itu menyebabkan kita tidak perlu lagi mengadu dan meminta pada manusia kecuali pada Allah?

Kalau kita diturunkan dari jabatan atau kekayaan kita hilang, ridhakah kita dari rasa kecewa dan putus asa karena merasakan pemberian jabatan dan penurunannya adalah ketentuan Allah? Sebab itu kita merasa ridha.

Begitu juga kalau orang menipu, menganiaya dan mencuri harta kita, mampukah kita relakan saja atas dasar kita ingin mendapat pahala karena menanggung kerugian itu?

Kalau ada orang mencerca kita bisakah hati kita merasa senang dan tenang, lalu kita bersikap diam tanpa sakit, susah hati dan dendam. Bahkan kita memaafkan orang itu sambil mendoakan kebaikan untuknya sebab kita merasa bahwa ia telah memberi pahala pada kita melalui cercaannya itu?

Susah untuk memberi jawaban pada semua persoalan-persoalan yang telah diajukan di atas karena memang susah untuk melakukan amalan-amalan batin, teramat sulit dan rumit. itulah sebabnya banyak orang yang tidak melihat dan tidak memperdulikannya. Namun, bagi mereka yang betul-betul mau mendekatkan diri pada Allah , disitulah titik tumpuan perhatian dan minatnya. Dia akan berusaha tanpa jemu untuk melakukan amalan-amalan batin dan menyuburkannya sepanjang masa dengan cara melawan hawa nafsu (Mujahadatun Nafsi). Dia akan mendidik hatinya itu supaya biasa dan suka dengan amalan bathin. Bahkan dia sanggup berkorban (Mujahadah) untuk itu.

Sumber: Posmo

Punya masalah hidup yang tak kunjung selesai ?

Temukan solusinya bersama Spiritualis Kondang Pangeran Sukma Jati (Ki Sukma – Sobat Mistis Trans 7)

PRAKTEK DI 3 KOTA

Jakarta

Jl. Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan
Gedung Graha Krama Yudha
Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.
Jam praktek: Pk. 09.00 s.d 17.00 WIB

Bandung (Pusat)

Perumahan Maharani Village Blok D.10 Jl. Cigugur Girang Kp. Sukamaju Rt/Rw 05/05 Desa Cigugur Girang Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Jam praktek: Pk. 09.00 s.d 17.00 WIB

Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.

Banten

Jl. Ki Mudakkir, Link. Cigading, Cilegon – Banten.

Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.

Tlp/ Hp. 081296609372 (WhatssApp dan Telegram) dan 081910095431 (WhatsApp)

Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Bagikan ke

Diposting oleh

Pangeran Sukma Jati Azmatkhan atau yang biasa dipanggil Ki Sukma adalah Pendiri sekaligus Guru Besar Padepokan Inti Semesta yang berlokasi di Bandung. Padepokan tersebut mengajarkan Ilmu Hikmah Spiritual dan Pencak Silat & Debus aliran Banten.

Menapaki Jalan Batin Beratnya Mendapatkan Hakikat

Saat ini belum tersedia komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Menapaki Jalan Batin Beratnya Mendapatkan Hakikat

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: