Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Ki Sukma
● online
Ki Sukma
● online
Halo, perkenalkan saya Ki Sukma
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Padepokan Inti Semesta Jasa Spiritual Terbaik & Terpercaya

Beranda » Blog » Ritual Teteki dan Prosesi Berebut Air Legen, Diyakini Sembuhkan Penyakit & Langgengkan Jabatan

Ritual Teteki dan Prosesi Berebut Air Legen, Diyakini Sembuhkan Penyakit & Langgengkan Jabatan

Diposting pada 26 February 2022 oleh Ki Sukma / Dilihat: 250 kali / Kategori:

Upacara Teteki merupakan satu bentuk upacara tradisonal di Pacitan, dimana masyarakat sekitar  Gunung Limo masih menganggap memiliki nilai magis, sehingga diwujudkan dengan bentuk upacara atau ritual di daerah tersebut. Upacara ini dilaksanakan setiap lima belas suro sebagai rasa terimakasih kepada Ki Tunggul Wulung.

Tepatnya di desa Mantren, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Ritual Teteki. Ritual ini merupakan upacara bersih desa yang kini dijadikan agenda tahunan sebagai wisata budaya di daerah ini. Diceritakan oleh Kederi, Teteki merupakan tradisi khas msyarakat kaki Gunung Limo yang masih terpelihara sampai sekarang. Teteki sendiri berasal dari bahasa Sanskerta  yaitu Teteki. Teteki sendiri berarti pertapaan. Bisa dibayangkan jika suasana mistis religius ketika acara ini berlangsung. Upacara ini sudah turun temurun sejak zaman nenek moyang  yang sekarang telah dijadikan acara tahunan yang lebih dikenal dengan upacara bersih desa atau sedekah bumi.

Beberapa prosesi yang dilakukan dalam ritual tersebut meliputi Sebo, Cantrik, Semedi, Thontongan, Mandhap, Siraman, Pandadharan, Kirab, Srah-srahan, Ujuban dan diakhiri dengan pertunjukan tari khas gunung Limo. Sebo merupakan prosesi awal sebelum upacara adat Tetaken dimulai. Sebo berarti menghadap untuk menjadi seorang murid, dalam prosesi awal ini sang juru Kunci memberikan pengarahan atau wejang kepada Calon Murid. Bahwa untuk meraih ilmu kanuragan itu harus menempuh lelaku atau tirakat antara lain, posos, topo, semedi dan yang paling penting yaitu melaksanakan dharma atau kewajiban.

Setelah sebo, maka urutan berikutnya adalah cantrik, yang berarti setiap murid yang telah  memenuhi syarat akan diangkat sebagai Cantrik. Dan dia berhak untuk menuntut ilmu pada sang guru yang akan membimbingnya memperoleh ilmu kanuragan. Setelah itu baru kemudian sang cantrik akan semedi. Tahap ini bermakna bahwa untuk memperoleh kekuatan seorang Cantrik harus tabah menghadapi setiap godaan termasuk lapar dan haus. Dia juga diharuskan menjauhkan diri dari keramaian dunia.

Setelah itu adalah Thontongan. Thontongan berarti ritual akan segera dimulai. Sang juru kunci Gunung Limo akan mandhap (turun gunung), bersama anak buahnya, yang sekalgus murid-muridnya. Setelah selesai bertapa di puncak gunung dan akan kembali ke tengah masyarakat. Karena setelah sang juru kunci turun dari gunung, akan disambut dengan iring-iringan warga mengenakan pakaian adat Jawa hingga memasuki areal upacara. Bagi yang berada di barisan paling depan diharuskan membawa panji dan pusaka Tunggul Wulung (dua keris, satu tombak, dan Kotang Ontokusumo).

Dalam upacara tersebut warga sekitar Gunung Limo membawa berbagai hasil bumi dan keperluan untuk ritual berupa tumpeng dan sajen, sedang di barisan paling belakang membawa bumbung (tempat menyimpan air yang terbuat dari bambu) yang berisi legen. Setelah tiba di tengah lokasi prosesi ritual, secara bergantian para pembawa legen menuangkan isi bumbungnya ke dalam sebuah gentong yang telah disiapkan. Air legen tersebut diyakini bertuah untuk kesehatan dan menyembuhkan berbagai macam penyakit, tidak hanya untuk itu saja, bagi orang yang punya kedudukan, tuah legen konon bisa melanggengkan kedudukan seseorang yang meminumnya.

Setelah semua penunjang ritual lengkap, acara intipun dimulai. Sebagai tanda kelulusan, ikat kepala para murid itu dilepas. Murid-murid itu satu persatu diberi minum air legen yang sudah dijampi-jampi oleh juru kunci. Kemudian, secara bergantian, mereka diberikan Pandhadaran sebuah tes mental, tes penguasaan ilmu bela diri, dan juga tes berupa cambukan berkali-kali. Prosesi ini menyiratkan makna bahwa tantangan bagi pembawa ajaran kebaikan tidaklah ringan. Bahkan, murid-murid itu harus menghadapi ujian dan rintangan yang berat. Namun semua akhirnya dapat diatasi. Pesan-pesan dari ritual ini adalah kebaikan pasti mampu mengalahkan kejahatan.

Tiba di penghujung acara, semua warga beramai-ramai menari bersama Langen Bekso. Berpasang-pasangan, Tua muda, Laki-laki dan perempuan, semua larut dalam kegembiraan.  Gending-gending Jawa megiringi setiap gerak langkah mereka diikuti oleh suara sinden parawitan nan merdu.

Acara adat teteki ini ada karena masyarakat sekitar Gunung Limo ingin memberi penghargaan atau penghormatan pada Kyai Tunggul Wulung yang melakukan tapa  dan babat alas di gunung tersebut, yang kelak bekas hutan yang dibabat itu disebut Desa Mantren. Untuk tiba di tempat pertapaan, harus melewati lorong yang disebut Selo Metangkep yaitu celah diantara dua batu, diyakini celah tersebut bisa menutup sendiri, barang siapa datang dengan pikiran yang tidak bersih, lorong itu akan menyempit dengan sendirinya. Sebaliknya, jika orang datang membawa niat tulus, untuk mendekatkan diri pada Sang Penguasa Alam Semesta, lorong yang sempit itu tetap bisa dilewati meski dengan cara memiringkan tubuhnya.

Bagi masyarakat Kabupaten Pacitan, Gunung Limo mempunyai simbol kekuatan dan nilai spiritual tersendiri. Sehingga tempat pertapaan yang berada di gunung tersebut sering disinggahi oleh pendaki. Bukan hanya warga setempat, tapi juga oleh orang-orang dari luar daerah juga singgah di tempat tersebut.

Posmo

Punya masalah hidup yang tak kunjung selesai? Temukan solusinya bersama Spiritualis Kondang Pangeran Sukma Jati (Ki Sukma – Sobat Mistis Trans 7)

PRAKTEK DI 3 KOTA

Jakarta

Jl. Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan
Gedung Graha Krama Yudha
Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.
Jam praktek: Pk. 09.00 s.d 17.00 WIB

Bandung (Pusat)

Perumahan Maharani Village Blok D.10 Jl. Cigugur Girang Kp. Sukamaju Rt/Rw 05/05 Desa Cigugur Girang Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Jam praktek: Pk. 09.00 s.d 17.00 WIB

Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.

Banten

Jl. Ki Mudakkir, Link. Cigading, Cilegon – Banten.

Untuk pendaftaran silahkan buat appointment (janji) via nomor Hp di bawah ini.

Tlp/ Hp. 081296609372 (WhatssApp dan Telegram) dan 081910095431 (WhatsApp)

Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Bagikan ke

Diposting oleh

Pangeran Sukma Jati Azmatkhan atau yang biasa dipanggil Ki Sukma adalah Pendiri sekaligus Guru Besar Padepokan Inti Semesta yang berlokasi di Bandung. Padepokan tersebut mengajarkan Ilmu Hikmah Spiritual dan Pencak Silat & Debus aliran Banten.

Ritual Teteki dan Prosesi Berebut Air Legen, Diyakini Sembuhkan Penyakit & Langgengkan Jabatan

Saat ini belum tersedia komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Ritual Teteki dan Prosesi Berebut Air Legen, Diyakini Sembuhkan Penyakit & Langgengkan Jabatan

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: